Oleh : Ustadz Abdullah Zaen,MA
KHUTBAH PERTAMA:
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ".
"يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً".
"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً".
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam.
Jama'ah Jum'at yang semoga dimuliakan Allah...
Hari ini Jum’at 5 Dzulhijjah 1439 H adalah hari yang sangat istimewa dan bersejarah bagi Bangsa Indonesia.
Menilik peristiwa sejarah Indonesia 75 tahun yang lalu dalam kalender hijriyah, kita dapatkan pada hari Jum’at 9 Ramadhan 1364 H Ir Soekarno membacakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Tentu ini adalah anugerah yang besar dari Allah ta’ala. Proklamasi kemerdekaan di hari yang paling mulia dan di bulan yang paling mulia.
Kemerdekaan adalah cita-cita setiap warga negara di manapun berada. Sebagai seorang hamba Allah, kemerdekaan bukanlah semata terbebas dari penjajahan bangsa lain.
Akan tetapi yang jauh lebih utama dari itu adalah manakala seorang hamba bisa terbebas dari segala hal yang menghalanginya dari beribadah pada Allah ta’ala. Terbebas dari segala sesuatu yang menjauhkannya dari surga-Nya.
Karena maksud dan tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah berfirman,
"وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ"
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. QS. Adz-Dzariyat 56.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Tentu setiap kita ingin menjadi manusia yang merdeka dengan seutuhnya. Hidup tanpa ketergantungan terhadap sesuatu. Hidup aman dan bebas dari penjajahan.
Setiap orang berani membeli dengan harga mahal kemerdekaan yang hakiki itu. Karena jika tidak merdeka berarti: setiap saat siap disiksa, dilucuti, dibentak-bentak, diusir, dihina, diserobot, didiskriminasi, atau bahkan dibunuh.
Tetapi realitanya banyak orang belum mengetahui apa itu kemerdekaan hakiki yang dicari. Mereka belum bisa membedakan antara kemerdekaan hakiki dan keterpurukan.
Ketika kita tidak mengetahui apa itu kemerdekaan hakiki, tentu kita akan terperosok ke dalam kemerdekaan semu. Sehingga acuh tak acuh dan tidak berusaha meraih kemerdekaan hakiki. Atau bahkan mengganti kemerdekaan hakiki yang ia telah dapatkan dengan keterpurukan dan kehinaan.
Sidang Jumat yang dirahmati Allah
Merdeka dalam Islam dimaknai sikap ketundukan dan kepatuhan. Merdeka adalah penghambaan mutlak kepada dzat yang berhak disembah, yakni Allah ta’ala. Merdeka adalah terbebas dari segala belenggu penjajahan sesama manusia, dan keluar dari keterpurukan hidup di dunia.
Ketika seorang Muslim terbebas dari penghambaan kepada selain Allah dan tunduk serta patuh kepada aturan dan hukum Allah, di sanalah muncul kemerdekaan sejati dan hakiki.
Kemerdekaan inilah tujuan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Juga tujuan dakwah para sahabat dan kaum mukminin yang mengikuti jalan beliau.
Ketika peristiwa pertempuran Qadisiyah terjadi, Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu memerintahkan Rib’iy bin Amir untuk menghadap Rustum, panglima perang Persia. Rustum bertanya kepada Rib’iy tentang tujuan kedatangan pasukan Islam ke wilayahnya. Dengan lantang Rib’iy menjawab dengan
kalimat yang dicatat dengan tinta emas oleh sejarah.
Beliau berkata, sebagaimana dinukil dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah,
" اللَّهُ ابْتَعَثْنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ اللَّهِ، وَمِنْ ضِيقِ الدُّنْيَا إِلَى سِعَتِهَا، وَمِنْ جَوْرِ الْأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ الْإِسْلَامِ "
“Allah kirim kami untuk memerdekakan siapapun yang dikehendaki-Nya dari penghambaan terhadap sesama manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah. Untuk memerdekakan mereka dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas. Serta memerdekakan mereka dari kesewenang-wenangan agama lain menuju keadilan Islam”.
Jamaah Jum’at yang diberkahi Allah…
Lihatlah bagaimana seorang sahabat yang mulia Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang memahami makna kemerdekaan hakiki. Ketika itu beliau menjadi hamba sahaya Abu Jahal. Walaupun jasadnya disiksa dengan siksaan yang amat pedih, beliau tetap mempertahankan keimanannya. Sebab beliau memiliki jiwa yang merdeka. Jiwa yang bertauhid dan tunduk hanya kepada Allah. Dengan itulah beliau menjadi hamba yang merdeka yang seutuhnya.
Nabi Muhammad dan risalah yang beliau emban, membawa manusia kepada kemerdekaan yang paling hakiki. Kemerdekaan dari kegelapan menuju kepada hidayah Allah. Dari kebodohan menuju kepada ilmu pengetahuan. Dari kezaliman menuju kepada keadilan.
Kemerdekaan yang menjadi gerbang besar menuju kemenangan di dunia dan akhirat. Sebuah gerakan kemerdekaan yang dalam waktu singkat mengilhami seluruh penjuru bumi. Bahkan menginspirasi Eropa untuk beranjak dari masa kegelapan kepada masa kemajuan. Dengan kekuatan ini pula dua imperium besar, Persia dan Romawi, ditundukkan di awal sejarah Islam.
Kemerdekaan tersebut adalah tauhid.
Sehingga, bilamana tauhid itu dicampakkan, keterpurukan dan kehinaanlah yang akan dialami oleh umat dan bangsa.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
KHUTBAH KEDUA:
الْحَمْدُ للهِ "غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّ
ا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ"، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ لاَ نِدَّ لَهُ سُبْحَانَهُ وَلاَ شَبِيْهَ وَلاَ مَثِيْلَ وَلاَ نَظِيْرَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيْرُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَكُلِّ تَابِعٍ مُسْتَنِيْرٍ.
Sidang Jum’at yang kami hormati…
Satu contoh nyata yang Allah kisahkan di dalam al-Qur’an dan harus kita jadikan pelajaran, yaitu kisah Nabi Musa dengan Bani Israil. Yaitu ketika Nabi Musa sukses memerdekakan kaumnya Bani Israil dari penjajahan dan penyembahan kepada Fir’aun yang mengaku Tuhan. Bani Israil akhirnya menghirup udara kemerdekaan hakiki, setelah sekian lama menjalani kerja paksa, diperlakukan diskriminatif dan dipaksa menyembah Fir’aun.
Dalam al-Qur’an, kisah Nabi Musa ‘alaihissalam dengan Bani Israil ini diabadikan, sebagaimana dalam firman Allah ta’ala,
"وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَآتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ (20) يَاقَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (21)"
Artinya: “(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah kepada kalian. Ketika Dia mengangkat para nabi dari kalian dan menjadikan kalian sebagai orang-orang merdeka. Dia juga memberikan kepada kalian apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun dari umat-umat yang lain”. Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah untuk kalian. Janganlah kalian berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kalian menjadi orang-orang yang merugi”. QS. Al-Maidah [5]: 20-21.
Sayangnya, kemerdekaan yang Bani Israil rasakan, tak mau mereka syukuri. Pembangkangan demi pembangkangan mereka lakukan terhadap Nabi Musa ‘alaihissalam. Ajaran terhadap tauhid, mereka khianati dengan menyembah patung anak sapi. Khianat adalah sikap yang kemudian membuat kemerdekaan yang mereka dapatkan menjadi sia-sia belaka.
Mereka mengganti kemerdekaan yang hakiki dengan kesesatan dan keterpurukan lantaran kesombongan dan pembangkangan mereka. Karena itulah mereka dilaknat dan dimurkai Allah di dunia dan akhirat.
Inilah akibat yang menimpa, jika tidak mentauhidkan Allah.
Pertanyaannya, sudahkah kita berusaha meraih kemerdekaan hakiki yang dicari? Jika jawabannya belum, maka usaha apakah yang sudah kita lakukan untuk meraihnya?
Jika jawabannya sudah, syukuri dan jagalah nikmat terbesar ini. Lalu ajaklah manusia untuk meraih kemerdekaan hakiki ini.
هذا؛ وصلوا وسلموا –رحمكم الله– على الصادق الأمين؛ كما أمركم بذلك مولاكم رب العالمين، فقال سبحانه: "إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً".
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
اللهم نج إخواننا المؤمنين المستضعفين في بورما، وسوريا، وفلسطين، وفي كل مكان
اللهم اشدد وطأتك على كفار بورما الظالمين، وعلى جيوش بشار المجرمين ومن حالفهم من الروس والصين وإيران واليهود الظالمين، يا عزيز يا جبار
اللهم اجعلها عليهم سنين كسني يوسف
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة...
✍ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 5 Dzulqa’dah 1439 H / 17 Agustus 2018
Khutbah Jum'at di Masjid Manarul Ilmi Purbalingga, 5 Dzulqa’dah 1439 H / 17 Agustus 2018
Jumat, 31 Agustus 2018
KRAN KEBAIKAN
Bagaimanakah sih kriteria muslim ideal?
Hr bukhari muslim
dari Abdullah bin umar ra., Rosulullah ﷺ bersabda:
dari Abdullah bin umar ra., Rosulullah ﷺ bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ
الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Rosul ﷺ bersabda
“muslim yang ideal adalah yang orang lain selamat dari gangguan tangan dan
lisannya”
Gangguan itu bisa bermacam-macam
bentuknya, bisa berupa dengan lisan, tangan atau dari bau badan. Gangguan lisan
misalnya kita berkata-kata menyakitkan orang lain, berkata bohong, fitnah. Gangguan tangan contohnya menyakiti orang
dengan tangannya, mencuri barang milik orang lain. Gangguan bau badan, misalnya
mandinya tidak bersih, atau berkeringat sehingga orang lain saat duduk bersama
kita menjadi terganggu.
Gangguan-ganguan tersebut tak cuma
mengganggu manusia, tapi juga mengganggu malaikat.
مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثُّومَ وَالْكُرَّاثَ فَلَا
يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى
مِنْهُ بَنُو آدَمَ
“Barang siapa yang memakan bawang merah, bawang putih (mentah) dan karats, maka janganlah dia menghampiri masjid kami, karena para malaikat terganggu dengan hal yang mengganggu manusia (yaitu: bau tidak sedap)“. (HR. Muslim no. 564)
Jadi apapun yang mengganggu
manusia, itu juga mengganggu malaikat, termasuk juga bau asap rokok. Jadi mari
kita coba untuk meningkatkan ketaqwaan kita.
Seperti yang kita ketahui bahwa tingkatan ketakwaan ada 3 :
Pertama :Islam pelakunya muslim,
Kedua : Iman pelakunya mu’min
Ketiga : Ikhsan pelakunya muksin, .
Sampai dimanakah tingkat kita
saat ini? Menjadi seorang muslim saja nampaknya kita masih jauh dari
kekurangan. Tapi setidaknya marilah kita mencoba untuk belajar menjadi seorang
muslim yang baik, yang selalu menjadi KRAN KEBAIKAN bagi muslim yang
lain.
Anas bin Malik berkata, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ
لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ
مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ
عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى
يَدَيْهِ
“Sesungguhnya diantara manusia ada yang menjadi kunci kebaikan dan
penutup pintu kejelekan, Namun ada juga yang menjadi kunci kejelekan dan
penutup pintu kebaikan. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang Allah jadikan
sebagai kunci kebaikan melalui kedua tangannya. Dan celakalah bagi orang-orang
yang Allah jadikan sebagai kunci kejelekan melalui kedua tangannya”. (HR
Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah)
Jadi potret muslim yang ideal
adalah dia dimana saja selalu membuka pintu kebaikan, dan menutup pintu
keburukan. Di rumah, di tempat kerja, di supermarket, dia selalu menjadi
pembuka pintu kebaikan. Orang yang seperti ini akan membuat orang itu merasa
tenang jika duduk disampingnya.
Sekarang marilah kita bahas 5
langkah menjadi KRAN KEBAIKAN.
1.
Berbekal niat yang
benar dan tekad yang bulat
Niat yang bulat itu sangat
penting, karena menjadi kran kebaikan itu sangat berat. Dan belum tentu kita
akan kuat. Jadi perlu diniati yang benar, yaitu memohon ridho Allah. Jika niat
kita tidak bulat dan kuat, maka kita akan sangat mudah untuk menyerah dari
godaan syetan. Karena setan sudah bersumpah untuk mengganggu manusia dari segala
arah, tapi Allah memberi jaminan
Surat al hijr ayat 42
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ
عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ
Artinya : Sesungguhnya
hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang
yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat
Hambaku disini kata para ulama
adalah orang2 yang senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.
TEKAD yang bulat. Tanpa tekat
yang bulat, maka mendapatkan sedikit ujian dia akan mundur. Tapi jika tekadnya
bulat, maka dia akan maju terus walaupun ujian berat menghadang.
2.
Bermodal ilmu
Tanpa ilmu yang benar, kita tak mungkin bisa mengetahui hal
yang benar atau yang salah. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu yang dilandasi atas
dasar al quran dan hadis2 yang sahih. Jangan sampai kita maksudnya membuka
kebaikan tapi malah menutupnya karena salahnya ilmu yang dimiliki
Surat al kahfi 103-104
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا
Katakanlah:
"Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling
merugi perbuatannya?" (QS. Al Kahfi : 103)
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Yaitu
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.(QS. Al kahfi :
104)
3.
Mengamalkan kebaikan
yang sudah diketahui
Untuk menjadi kran, maka diri kita harus baik dulu. Harus
mengamalkan ilmu2 yang dimiliki. Sehingga kita bisa menjadi kran kebaikan
dengan benar.
Ketika nabi datang ke Madinah, orang pada berbondong2
menyambut. Diantaranya ada orang yahudi bernama ABDULLAH BIN SALAM. Abdullah
berkata “sy ikut menyambut nabi di madinah”. Begitu melihat muka nabi, dia
berkata “saya yakin bahwa dia bukanlah seorang pendusta”. Dan yang pertama
diucapkan nabi “wahai para manusia tebarkanlah salam, berilah makan sama orang
lain, sholat malamlah ketika orang2 pada tidur, kalian akan masuk surga penuh
kedamaian”.
Mendengar kata2 pertama yang diucapkan, abdullah bin salam
semakin mantap.
Itulah efek dari amalan yang di praktekkan. Akan nampak di
dalam perilakunya. Jangan sampai kita JARKONI.
Dari Usamah bin Zaid, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِى
النَّارِ ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِى النَّارِ ، فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ
الْحِمَارُ بِرَحَاهُ ، فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ ، فَيَقُولُونَ
أَىْ فُلاَنُ ، مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ
وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ ،
وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
“Ada seseorang yang didatangkan pada hari kiamat
lantas ia dilemparkan dalam neraka. Usus-ususnya pun terburai di dalam neraka.
Lalu dia berputar-putar seperti keledai memutari penggilingannya. Lantas
penghuni neraka berkumpul di sekitarnya lalu mereka bertanya, “Wahai fulan, ada
apa denganmu? Bukankah kamu dahulu yang memerintahkan kami kepada yang kebaikan
dan yang melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Memang betul, aku dulu
memerintahkan kalian kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya.
Dan aku dulu melarang kalian dari kemungkaran tapi aku sendiri yang
mengerjakannya.” (HR. Bukhari no. 3267 dan Muslim no. 2989)
4.
Menularkan kebaikan
Saat kita sudah punya ilmu, kita harus berusaha mengajarkan
kebaikan ini kepada orang lain.
عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
خَادِمِ رَسُوْل الله عَنْ النَّبِي قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى
يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari
Abu Hamzah Anas bin Malik, khadim (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata, “Tidaklah
seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya
sesuatu yang ia cintai untuk dirinya” (HR. BUKHARI)
Dan yang pertama berhak untuk di dakwahi adalah keluarga
sendiri.
Allah berfirman dalam surat asy syu’ara : 214
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ
الْأَقْرَبِينَ
Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat
Surat at tahrim :6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ
غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan
5.
Memanfaatkan potensi
masing2
Dalam berdakwah kita memanfaatkan dengan keahlian kita
masing2, walau mungkin kita bukan seorang ustad. Jika kita sebagai seorang
pejabat, maka lakukan kebijaksanaan2 yang mendukung pendidikan dakwah. Begitu
juga dokter, pengusaha dll. Jika kita masing2
Kisah dai dari kuwait.
Suatu saat dia berdakwah di pedalaman afrika. Alham
dulillah mereka pada masuk islam, tapi kemudian mereka menangis “kenapa baru
datang sekarang? Sedangkan orang tua kami yang meninggal belum pada mengenal
islam?” maka sejak itu dia meninggalkan dunia kedokterannya dan mendedikasikan
hidup dan hartanya untuk berdakwah. Selama 26 tahun lamanya, dia mengislamkan
11 juta orang.
Video Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=mcXiVFjULkA
Sumber :
dicatat dari kajian Ustadz Abdullah Zaen, MA "KRAN KEBAIKAN"
Video Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=mcXiVFjULkA
Sumber :
dicatat dari kajian Ustadz Abdullah Zaen, MA "KRAN KEBAIKAN"
Rabu, 29 Agustus 2018
Wudhu -(2) Membaca Bismillah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ صَلاَةَ
لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ
تَعَالَى عَلَيْهِ
“Tidak ada
sholat bagi orang yang tidak berwudhu. Dan tidak ada wudhu bagi orang yang
tidak menyebut nama Allah ta’ala atasnya.” (HR. Abu Dawud, disahihkan al-Albani
dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abu Dawud [1/179] as-Syamilah)
Dan juga berdasarkan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepada para sahabat. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau
menceritakan bahwa sebagian sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari
air untuk berwudhu. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Apakah kalian memiliki air?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkan
tangannya ke dalam air dan bersabda,”Berwudhulah kalian dengan (mengucapkan)
bismillah …
HR. Bukhari no. 69; Muslim no. 2279 dan An-Nasa’i 1/60.(sahih oleh
ibn hibban).
Hukum
mengucapkan basmallah
1.
menurut
sebagian besar ulama adalah sunnah, sebab walau diperintahkan oleh nabi tapi
tidak disebutkan oleh Allah dalam perintah untuk wudhu spt surat al maidah ayat 6. Imam ibn khudamah, maksud hadis tersebut
diatas adalah untuk menekankan disunahkannya berwudhu.
2.
Wajib,
Hr abu dawud sahih oleh syeh al albani
Rosulullah bersabda “ tak ada wudhu bagi orang yg
tak membaca bismillah”
Menurut
mereka, ini masuk dalam sunnah muakad (sunnah yang ditekankan). Dan ini
diucapkan sebelum berwudhu, ucapkan basmalah dulu.
Sekarang
bagaimana jika kita berwudhu dalam kamar mandi atau toilet?
Maka perlu
diperhaikan, jangan sampai ada najis2 yg bisa mencipret ke baju kita. Bagaimana
dengan membaca basmalah?
Ada berbagai
pendapat, cukup dibaca dlm hati sj. Atau mengucapkan bismillah sebelum masuk
kamar mandi.
Kata syeh bin baz, bisa
diucapkan kata bismillah
Apakah ada
bacaan doa di setiap anggota wudhu?
Menurut imam al
jauziah, hadis2 yang menyebutkan itu adalah bathil atau palsu. Sehingga tidak
perlu kita ikuti dan memang itu tidak dicontohkan oleh rosulullah.
Praktek wudhu :
https://youtu.be/rRo3680_eqk
Praktek wudhu :
https://youtu.be/rRo3680_eqk
sumber : dicatat dari kajian Tata Cara Sholat nabi oleh Ustadz Abdullah Zaen, MA
Minggu, 26 Agustus 2018
10 KAIDAH PENYUCIAN JIWA - Kaidah Pertama
KAIDAH PERTAMA :
TAUHID ADALAH POKOK DASAR DALAM TAZKIATUN NAFS
Tauhid adalah tujuan utama manusia diciptakan. Sebagaimana
tauhid juga merupakan porors dakwah para nabi dan rosul. Dan tauhid adalah
kewajiban pertama bagi seorang untuk masuk islam. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ kepada Muadz bin Jabal ra ketika diutus ke
yaman :
إِنَّكَ تَقْدَ مُ عَلَى
قَوْمَ مِنْ أهْلُ الْكِتاً ب فَلْيَكُنْ أوّلَ مَا تَدْ عُو هُم إلي أن يو حد
الله تعا لي
Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahli kitab. Maka
jadikanlah masalah pertama yang engkau dakwahkan kepada mereka adalah agar
mereka mentauhidkan Allah. (HR. Bukhari)
Bagi mereka yang tidak membersihkan hati dengan tauhid dan
iman, maka Allah mengancam merka dengan
adzab yang pedih di hari kiamat.
Surat
al fushilat ayat 6 – 7
وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ.............
الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ
كَافِرُونَ
“ .....dan celakalah orang2 musyrikin. Yaitu mereka yang
tidak mau men tazkiah diri mereka dan mereka kafir akan adanya
(kehidupan) akhirat “
Ibn Taimiyyah saat
menafsirkan ayat ini [الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ] [orang
yang tidak menunaikan zakat], mengatakan “ Zakat” disini adalah tauhid dan
iman, yang dengannya hati menjadi suci. Sebab terkandung di dalamnya penafian
(peniadaan) sifat illahiyyah untuk al-Haqq di dalam hati. Inilah hakikat laa
ilaaha ilallaah. Ini merupakan pokok dasar yang dengan hati menjadi bersih.
(majmu fatawa)
Ibnul Qoyyim rohimahullah juka berkata, “Kebanyakan ahli
tafsir dari ulama salaf dan generasi setelah mereka mengatakan, bahwa yang
dimaksud adalah tauhid, syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi
dengan benar selain Allah, dan iman yang menjadikan hati menjadi bersih suci...
dan itu (tauhid) adalah pokok dasar setiap yang berkembang dan bertambah (yaitu
dalam kebaikan dan kesucian; zakaat dan namaa)”.
Sebagaimana tauhid menjadi pondasi dasar bagi semua yang
bisa membuat jiwa menjadi bersih dan suci, maka sebaliknya kesyirikan merupakan
hal terparah yang bisa mengotori jiwa dan mematikannya bahkan syirik
menyebabkan semua amalan terhapus. Allah berfirman :
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ
مِنَ الْخَاسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
(nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya
akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi
Syirik adalah dosa besar yang tidak diampuni Allah
selamanya, yaitu bagi orang yang mati dalam keadaan syirik. Allah berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48)
Allah juga mengharamkan surga bagi semua orang yang
menyekutukan Allah dengan lainnya. Allah berfirman :
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ.........
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun (QS. Al-
Maidah : 72)
Bila seorang hamba telah berhasil merealisasikan tauhid, itu
artinya dia berhasil mencapai kesucian dan berhasil meraih hidayah dan rasa
aman yang sempurna di dunia dan akhirat.
Allah berfirman :
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا
إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.(QS. Al An’am : 82)
Jadi ketika seorang hamba tunduk dan cinta kepada Allah
dengan ikhlas, maka amalan akan menjadi murni dan sah serta jiwanya akan bersih
dan jernih, Namun jika ia dicampur itu semua dengan noda-noda kesyirikan, maka
dosa dan kotoran akan merasuki dirinya sesuai dengan kadar syiriknya.
Kesucian jiwa tidak akan terwujud kecuali dengan
merealisasikan tauhid, mengesakan Allah dalam ibadah dan mengikhlaskan amal
hanya untuk NYA semata. Allah berfirman :
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih
(dari syirik).
Langganan:
Postingan (Atom)