Selasa, 04 September 2018

10 KAIDAH PENYUCIAN JIWA - KAIDAH KE 2



KAIDAH KE 2 : DOA ADALAH KUNCI KESUCIAN JIWA

Nabi bersabda :
لَيْسَ شَيْ ءٌ أكْرَمَ عَلَى اللهِ تَعَا لَى مِنَ الدُّ عَا ءِ

Tidak ada sesuatu yang lebih mulia dihaapan Allah ta’ala daripaa do’a (HR. Tirmidzi dinilai hasan oleh syeh al albani)

Doa termasuk ibadah yang paling utama di sisi Allah. Karena seorang hamba berdoa, ia menampakkan sisi kelebahannya, sisi butuhnya, sisi kehinaannya di hadapan – NYA dan mengakui akan kekuatan Allah, kekkuasaanNya, KekayaanNYA, mengakui bahwa Dia mampu memberi kecukupan, mengakui kebesaranNya, dan menghibur pedihnya hati musuh-musuhNYA , apalagi dengan hati para makhluk kecintaanNYA dan para wali-waliNya.
Doa memiliki pengaruh besar dalam membuka pintu-pintu kebaikan. Syaikhul Islam dalam wasiatnya kepada Abul Qasim al-Maghribi mengatakan “ Doa adalah kunci segala kebaikan”.
Semua kebaikan yang engkau dambakan untuk dirimu, dunia maupun  akhirat, maka carilah ia dari Allah!  Bersandarlah kepadaNya dalam mewujudkan dan menggapainya.
Allah berjanji akan mengabulkan doa orang yang berdoa dan bersandar kepada Nya. Allah berfirman 

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan Rabbmu berfirman “ Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS. Ghaafir : 60)
Amirul mukminin Umar bin Khatthab ra berkata “ sesungguhnya aku tidak merasa risau dengan perkara dikabulkannya doa. Akan tetapi yang membuatku risau adalah bagaimana aku bisa berdoa (dengan segala tuntutannya). Karena bila aku diberi taufik untuk berdoa, maka tentu pengabulan akan menyertainya”.(HR. Tirmidzi, Ibn majjah dinyatakan hasan oleh syeh al albani).
Dari Mutharrif bin Asy-Syikhkhir berkata, “ Aku mengingat-ingat, apakah pangkal pokok yang menghimpun kebaikan. Ternyata kebaikan itu banyak ragamnya : puasa, sholat, dan ternyata itu ada di tangan Allah. Dan bila engkau tidak mampu meraih apa yang ada di tangan Allah kecuali engkau memintanya hingga Allah akan memberimu, maka pangkal pokok yang menghimpun segala kebaikan adalah doa”. (HR. Ahmad)
Dalam bab tazkiatun nafs (penyucian jiwa), ada doa riwayat yang menyebutkan Nabi memanjatkan doa berikut :
ﺃَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺍٰﺕِ ﻧَﻔْﺴِﻰْ ﺗَﻘْﻮَﺍﻫَﺎ ﻭَ ﺯَﻛِّﻬَﺎ ﺍَﻧْﺖَ ﺧَﻴْﺮُ ﻣَﻦْ ﺯَﻛَّﺎﻫَﺎ ﺍَﻧْﺖَ ﻭَﻟِﻴُّﻬَﺎ ﻭَﻣَﻮْﻟَﺎﻫَﺎ

Ya Allah, berilah ketakwaan pada diriku. Bersihkan ia (jiwaku), Engkaulah sebaik-baik yang membersihkannya. Engkaulah yang memegang kendali dan Yang memilikinya. (Hr. Muslim)

Doa ini mengisyaratkan dan juga memberikan penekanan bahwa tazkiatun nafs (menyucikan jiwa) ada di tangan Allah, dzat Yang Mengetahui segala yang ghaib. Karena itulah kebanyakan doa Nabi adalah :

يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Wahai dzat Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu. (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)
Maka bila kosentrasi hati hamba telah bulat, benar-benar merasa perlu dan mendesak, kuat pengharapannya, kemudian ia tidak tergesa-gesa dalam meminta dikabulkannya doa, serta ia mencari-cari waktu yang utama, maka hampir-hampir doanya tidak tertolak.
Hal teragung yang membantu kita untuk berdoa adalah dengan mengetahui bahwa sucinya jiwamu ada di tangan Allah. Karena Allah lah yang menyucikan orang yang Dia kehendaki. Segala perkara adalah milikNYA, dan di bawah masyi-ah(kehendak)Nya. Sebagaimana difirmankan dalam :

بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا

Sebenarnya Allah membersihkan siapa saja yang dikehendakiNYA. (QS. An Nisa : 49)

Allah juga berfirman :

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nur : 21)

Ibn Abbas ra menafsirkan firman Nya :
 مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ =  tidak seorangpun dari kamu bersih
(Artinya sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian). Tidak ada seorangpun dari makhluk yang terbimbing menuju suatu bentuk kebaikan yang bermanfaat untuk dirinya, dan ia tidak bisa menghindar dari keburukan sedikitpun; yag bisa ia tolak dari dirinya (HR. Ibn Jarir at Thobari dalam tafsirnya).  Maknanya bahwa itu semua tidak lain hanyalah kurnia Allah semata.
Al Barra’ ra berkata : adalah Rosulullah pada perang Ahzab ikut memindahkan tanah (sewaktu menggali parit – khandaq-) bersama kami. Sampai tanahpun telah menutupi putihnya perut beliau, sedang beliau berucap :
وَاللهِ لَولَاأَنْتَ مَا اهَتَدَّ قْنَا وَلَا صلَّينَا
Demi Allah, sekiranya bukan karena Engkau tentulah kami tidak mendapat petunjuk
Tidak pula kami bersedekah dan tidak pula menunaikan shalat (HR. Al bukhari dan Muslim : ini lafadz Muslim)
Maka hidayah, iman, Kebaikan, semuanya adalah di tangan Allah semata. Rosulullah telah menanamkan hal ini dalam jiwa para sahabatnya. Beliau menekankan secara kontinyu terus menerus. Beliau juga memulai khutbahnya dengan ucapan :
مَن يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، و مَنْ يضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesakannya. Dan barangisapa yang Dia sesatkan, maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk. (HR. Muslim)

Pokok dasarnya ini adalah pintu teragung dalam menyucikan jiwa. Maka barangsiapa yang telah mengetahui bahwa kebaikan dan kesucian jiwanya serta keistiqamahannya ada di tangan Allah, maka ia akan berlabuh bersandar kepada-Nya. Ia akan datang bersimpuh di pintu-Nya, dengan berdoa dengan sangat meminta kepadaNYA, penuh harap dan penuh keinginan; agar ia bisa mendapatkan dariNYA bersihnya hati, keselamatan dan kemenangan di dunia dan akhirat.

diambil dari buku _Asr Qowa’id fi Tazkiatun an-Nufus_ karya  Syeh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al Badr
Sumber : Majalah as sunnah edisi 04/THN XXII/Dzulhijjah 1439H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar