KAIDAH KE 2 : DOA ADALAH KUNCI KESUCIAN JIWA
Nabi ﷺ bersabda :
لَيْسَ شَيْ ءٌ أكْرَمَ عَلَى اللهِ تَعَا لَى مِنَ الدُّ عَا ءِ
Tidak ada
sesuatu yang lebih mulia dihaapan Allah ta’ala daripaa do’a (HR. Tirmidzi
dinilai hasan oleh syeh al albani)
Doa termasuk
ibadah yang paling utama di sisi Allah. Karena seorang hamba berdoa, ia
menampakkan sisi kelebahannya, sisi butuhnya, sisi kehinaannya di hadapan – NYA
dan mengakui akan kekuatan Allah, kekkuasaanNya, KekayaanNYA, mengakui bahwa
Dia mampu memberi kecukupan, mengakui kebesaranNya, dan menghibur pedihnya hati
musuh-musuhNYA , apalagi dengan hati para makhluk kecintaanNYA dan para
wali-waliNya.
Doa memiliki
pengaruh besar dalam membuka pintu-pintu kebaikan. Syaikhul Islam dalam
wasiatnya kepada Abul Qasim al-Maghribi mengatakan “ Doa adalah kunci segala
kebaikan”.
Semua kebaikan
yang engkau dambakan untuk dirimu, dunia maupun
akhirat, maka carilah ia dari Allah!
Bersandarlah kepadaNya dalam mewujudkan dan menggapainya.
Allah berjanji
akan mengabulkan doa orang yang berdoa dan bersandar kepada Nya. Allah
berfirman
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ
لَكُمْ
Dan Rabbmu
berfirman “ Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS. Ghaafir
: 60)
Amirul mukminin
Umar bin Khatthab ra berkata “ sesungguhnya aku tidak merasa risau dengan
perkara dikabulkannya doa. Akan tetapi yang membuatku risau adalah bagaimana
aku bisa berdoa (dengan segala tuntutannya). Karena bila aku diberi taufik
untuk berdoa, maka tentu pengabulan akan menyertainya”.(HR. Tirmidzi, Ibn majjah dinyatakan
hasan oleh syeh al albani).
Dari Mutharrif
bin Asy-Syikhkhir berkata, “ Aku mengingat-ingat, apakah pangkal pokok yang
menghimpun kebaikan. Ternyata kebaikan itu banyak ragamnya : puasa, sholat, dan
ternyata itu ada di tangan Allah. Dan bila engkau tidak mampu meraih apa yang
ada di tangan Allah kecuali engkau memintanya hingga Allah akan memberimu, maka
pangkal pokok yang menghimpun segala kebaikan adalah doa”. (HR. Ahmad)
Dalam bab
tazkiatun nafs (penyucian jiwa), ada doa riwayat yang menyebutkan Nabi ﷺ
memanjatkan doa berikut :
ﺃَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺍٰﺕِ ﻧَﻔْﺴِﻰْ ﺗَﻘْﻮَﺍﻫَﺎ ﻭَ ﺯَﻛِّﻬَﺎ ﺍَﻧْﺖَ ﺧَﻴْﺮُ ﻣَﻦْ
ﺯَﻛَّﺎﻫَﺎ ﺍَﻧْﺖَ ﻭَﻟِﻴُّﻬَﺎ ﻭَﻣَﻮْﻟَﺎﻫَﺎ
Ya Allah,
berilah ketakwaan pada diriku. Bersihkan ia (jiwaku), Engkaulah sebaik-baik
yang membersihkannya. Engkaulah yang memegang kendali dan Yang memilikinya.
(Hr. Muslim)
Doa ini
mengisyaratkan dan juga memberikan penekanan bahwa tazkiatun nafs (menyucikan
jiwa) ada di tangan Allah, dzat Yang Mengetahui segala yang ghaib. Karena
itulah kebanyakan doa Nabi ﷺ adalah :
يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Wahai dzat Yang
membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu. (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)
Maka bila
kosentrasi hati hamba telah bulat, benar-benar merasa perlu dan mendesak, kuat
pengharapannya, kemudian ia tidak tergesa-gesa dalam meminta dikabulkannya doa,
serta ia mencari-cari waktu yang utama, maka hampir-hampir doanya tidak
tertolak.
Hal teragung
yang membantu kita untuk berdoa adalah dengan mengetahui bahwa sucinya jiwamu
ada di tangan Allah. Karena Allah lah yang menyucikan orang yang Dia kehendaki.
Segala perkara adalah milikNYA, dan di bawah masyi-ah(kehendak)Nya.
Sebagaimana difirmankan dalam :
بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا
Sebenarnya
Allah membersihkan siapa saja yang dikehendakiNYA. (QS. An Nisa : 49)
Allah juga
berfirman :
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ
مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ
وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Sekiranya
tidaklah karena karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak
seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu)
selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nur : 21)
Ibn Abbas ra
menafsirkan firman Nya :
مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ = tidak seorangpun dari kamu bersih
(Artinya sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmatNya
kepada kamu sekalian). Tidak ada seorangpun dari makhluk yang terbimbing menuju
suatu bentuk kebaikan yang bermanfaat untuk dirinya, dan ia tidak bisa
menghindar dari keburukan sedikitpun; yag bisa ia tolak dari dirinya (HR. Ibn Jarir at Thobari dalam tafsirnya). Maknanya bahwa itu semua tidak lain hanyalah
kurnia Allah semata.
Al Barra’ ra berkata : adalah Rosulullah ﷺ pada perang Ahzab ikut memindahkan tanah (sewaktu menggali
parit – khandaq-) bersama kami. Sampai tanahpun telah menutupi putihnya perut
beliau, sedang beliau berucap :
وَاللهِ لَولَاأَنْتَ مَا اهَتَدَّ قْنَا وَلَا صلَّينَا
Demi Allah, sekiranya bukan karena Engkau tentulah kami
tidak mendapat petunjuk
Tidak pula kami bersedekah dan tidak pula menunaikan
shalat (HR. Al bukhari dan Muslim : ini lafadz Muslim)
Maka hidayah, iman, Kebaikan, semuanya adalah di tangan
Allah semata. Rosulullah ﷺ telah menanamkan hal ini dalam jiwa para
sahabatnya. Beliau ﷺ menekankan secara kontinyu terus menerus.
Beliau juga memulai khutbahnya dengan ucapan :
مَن يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، و مَنْ يضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak
ada yang bisa menyesakannya. Dan barangisapa yang Dia sesatkan, maka tidak ada
yang bisa memberi petunjuk. (HR. Muslim)
Pokok dasarnya ini adalah pintu teragung dalam menyucikan
jiwa. Maka barangsiapa yang telah mengetahui bahwa kebaikan dan kesucian
jiwanya serta keistiqamahannya ada di tangan Allah, maka ia akan berlabuh
bersandar kepada-Nya. Ia akan datang bersimpuh di pintu-Nya, dengan berdoa
dengan sangat meminta kepadaNYA, penuh harap dan penuh keinginan; agar ia bisa
mendapatkan dariNYA bersihnya hati, keselamatan dan kemenangan di dunia dan
akhirat.
diambil dari buku _Asr Qowa’id fi Tazkiatun an-Nufus_
karya Syeh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin
al Badr
Sumber : Majalah as sunnah edisi 04/THN XXII/Dzulhijjah
1439H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar