Selasa, 04 September 2018

10 KAIDAH PENYUCIAN JIWA - KAIDAH KE 2



KAIDAH KE 2 : DOA ADALAH KUNCI KESUCIAN JIWA

Nabi bersabda :
لَيْسَ شَيْ ءٌ أكْرَمَ عَلَى اللهِ تَعَا لَى مِنَ الدُّ عَا ءِ

Tidak ada sesuatu yang lebih mulia dihaapan Allah ta’ala daripaa do’a (HR. Tirmidzi dinilai hasan oleh syeh al albani)

Doa termasuk ibadah yang paling utama di sisi Allah. Karena seorang hamba berdoa, ia menampakkan sisi kelebahannya, sisi butuhnya, sisi kehinaannya di hadapan – NYA dan mengakui akan kekuatan Allah, kekkuasaanNya, KekayaanNYA, mengakui bahwa Dia mampu memberi kecukupan, mengakui kebesaranNya, dan menghibur pedihnya hati musuh-musuhNYA , apalagi dengan hati para makhluk kecintaanNYA dan para wali-waliNya.
Doa memiliki pengaruh besar dalam membuka pintu-pintu kebaikan. Syaikhul Islam dalam wasiatnya kepada Abul Qasim al-Maghribi mengatakan “ Doa adalah kunci segala kebaikan”.
Semua kebaikan yang engkau dambakan untuk dirimu, dunia maupun  akhirat, maka carilah ia dari Allah!  Bersandarlah kepadaNya dalam mewujudkan dan menggapainya.
Allah berjanji akan mengabulkan doa orang yang berdoa dan bersandar kepada Nya. Allah berfirman 

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan Rabbmu berfirman “ Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS. Ghaafir : 60)
Amirul mukminin Umar bin Khatthab ra berkata “ sesungguhnya aku tidak merasa risau dengan perkara dikabulkannya doa. Akan tetapi yang membuatku risau adalah bagaimana aku bisa berdoa (dengan segala tuntutannya). Karena bila aku diberi taufik untuk berdoa, maka tentu pengabulan akan menyertainya”.(HR. Tirmidzi, Ibn majjah dinyatakan hasan oleh syeh al albani).
Dari Mutharrif bin Asy-Syikhkhir berkata, “ Aku mengingat-ingat, apakah pangkal pokok yang menghimpun kebaikan. Ternyata kebaikan itu banyak ragamnya : puasa, sholat, dan ternyata itu ada di tangan Allah. Dan bila engkau tidak mampu meraih apa yang ada di tangan Allah kecuali engkau memintanya hingga Allah akan memberimu, maka pangkal pokok yang menghimpun segala kebaikan adalah doa”. (HR. Ahmad)
Dalam bab tazkiatun nafs (penyucian jiwa), ada doa riwayat yang menyebutkan Nabi memanjatkan doa berikut :
ﺃَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺍٰﺕِ ﻧَﻔْﺴِﻰْ ﺗَﻘْﻮَﺍﻫَﺎ ﻭَ ﺯَﻛِّﻬَﺎ ﺍَﻧْﺖَ ﺧَﻴْﺮُ ﻣَﻦْ ﺯَﻛَّﺎﻫَﺎ ﺍَﻧْﺖَ ﻭَﻟِﻴُّﻬَﺎ ﻭَﻣَﻮْﻟَﺎﻫَﺎ

Ya Allah, berilah ketakwaan pada diriku. Bersihkan ia (jiwaku), Engkaulah sebaik-baik yang membersihkannya. Engkaulah yang memegang kendali dan Yang memilikinya. (Hr. Muslim)

Doa ini mengisyaratkan dan juga memberikan penekanan bahwa tazkiatun nafs (menyucikan jiwa) ada di tangan Allah, dzat Yang Mengetahui segala yang ghaib. Karena itulah kebanyakan doa Nabi adalah :

يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Wahai dzat Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu. (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)
Maka bila kosentrasi hati hamba telah bulat, benar-benar merasa perlu dan mendesak, kuat pengharapannya, kemudian ia tidak tergesa-gesa dalam meminta dikabulkannya doa, serta ia mencari-cari waktu yang utama, maka hampir-hampir doanya tidak tertolak.
Hal teragung yang membantu kita untuk berdoa adalah dengan mengetahui bahwa sucinya jiwamu ada di tangan Allah. Karena Allah lah yang menyucikan orang yang Dia kehendaki. Segala perkara adalah milikNYA, dan di bawah masyi-ah(kehendak)Nya. Sebagaimana difirmankan dalam :

بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا

Sebenarnya Allah membersihkan siapa saja yang dikehendakiNYA. (QS. An Nisa : 49)

Allah juga berfirman :

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nur : 21)

Ibn Abbas ra menafsirkan firman Nya :
 مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ =  tidak seorangpun dari kamu bersih
(Artinya sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian). Tidak ada seorangpun dari makhluk yang terbimbing menuju suatu bentuk kebaikan yang bermanfaat untuk dirinya, dan ia tidak bisa menghindar dari keburukan sedikitpun; yag bisa ia tolak dari dirinya (HR. Ibn Jarir at Thobari dalam tafsirnya).  Maknanya bahwa itu semua tidak lain hanyalah kurnia Allah semata.
Al Barra’ ra berkata : adalah Rosulullah pada perang Ahzab ikut memindahkan tanah (sewaktu menggali parit – khandaq-) bersama kami. Sampai tanahpun telah menutupi putihnya perut beliau, sedang beliau berucap :
وَاللهِ لَولَاأَنْتَ مَا اهَتَدَّ قْنَا وَلَا صلَّينَا
Demi Allah, sekiranya bukan karena Engkau tentulah kami tidak mendapat petunjuk
Tidak pula kami bersedekah dan tidak pula menunaikan shalat (HR. Al bukhari dan Muslim : ini lafadz Muslim)
Maka hidayah, iman, Kebaikan, semuanya adalah di tangan Allah semata. Rosulullah telah menanamkan hal ini dalam jiwa para sahabatnya. Beliau menekankan secara kontinyu terus menerus. Beliau juga memulai khutbahnya dengan ucapan :
مَن يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، و مَنْ يضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesakannya. Dan barangisapa yang Dia sesatkan, maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk. (HR. Muslim)

Pokok dasarnya ini adalah pintu teragung dalam menyucikan jiwa. Maka barangsiapa yang telah mengetahui bahwa kebaikan dan kesucian jiwanya serta keistiqamahannya ada di tangan Allah, maka ia akan berlabuh bersandar kepada-Nya. Ia akan datang bersimpuh di pintu-Nya, dengan berdoa dengan sangat meminta kepadaNYA, penuh harap dan penuh keinginan; agar ia bisa mendapatkan dariNYA bersihnya hati, keselamatan dan kemenangan di dunia dan akhirat.

diambil dari buku _Asr Qowa’id fi Tazkiatun an-Nufus_ karya  Syeh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al Badr
Sumber : Majalah as sunnah edisi 04/THN XXII/Dzulhijjah 1439H

Jumat, 31 Agustus 2018

KEMERDEKAAN HAKIKI

 Oleh : Ustadz Abdullah Zaen,MA

KHUTBAH PERTAMA:

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ".
"يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً".

"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً".
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam.

Jama'ah Jum'at yang semoga dimuliakan Allah...
Hari ini Jum’at 5 Dzulhijjah 1439 H adalah hari yang sangat istimewa dan bersejarah bagi Bangsa Indonesia.
Menilik peristiwa sejarah Indonesia 75 tahun yang lalu dalam kalender hijriyah, kita dapatkan pada hari Jum’at 9 Ramadhan 1364 H Ir Soekarno membacakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Tentu ini adalah anugerah yang besar dari Allah ta’ala. Proklamasi kemerdekaan di hari yang paling mulia dan di bulan yang paling mulia.

Kemerdekaan adalah cita-cita setiap warga negara di manapun berada. Sebagai seorang hamba Allah, kemerdekaan bukanlah semata terbebas dari penjajahan bangsa lain.
Akan tetapi yang jauh lebih utama dari itu adalah manakala seorang hamba bisa terbebas dari segala hal yang menghalanginya dari beribadah pada Allah ta’ala. Terbebas dari segala sesuatu yang menjauhkannya dari surga-Nya.

Karena maksud dan tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah berfirman,

"وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ"

Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. QS. Adz-Dzariyat 56.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Tentu setiap kita ingin  menjadi manusia yang merdeka dengan seutuhnya. Hidup tanpa ketergantungan terhadap sesuatu. Hidup aman dan bebas dari penjajahan.

Setiap orang berani membeli dengan harga mahal kemerdekaan yang hakiki itu. Karena jika tidak merdeka berarti: setiap saat siap disiksa,  dilucuti, dibentak-bentak, diusir, dihina, diserobot, didiskriminasi, atau bahkan dibunuh.

Tetapi realitanya banyak orang belum mengetahui apa itu kemerdekaan hakiki yang dicari. Mereka belum bisa membedakan antara kemerdekaan hakiki dan keterpurukan.
Ketika kita tidak mengetahui  apa itu kemerdekaan hakiki, tentu kita akan terperosok ke dalam kemerdekaan semu. Sehingga acuh tak acuh dan tidak berusaha meraih kemerdekaan hakiki. Atau bahkan mengganti kemerdekaan hakiki yang ia telah dapatkan dengan keterpurukan dan kehinaan.

Sidang Jumat yang dirahmati Allah
Merdeka dalam Islam dimaknai sikap ketundukan dan kepatuhan. Merdeka adalah penghambaan mutlak kepada dzat yang berhak disembah, yakni Allah ta’ala. Merdeka adalah terbebas dari segala belenggu penjajahan sesama manusia, dan keluar dari keterpurukan hidup di dunia.

Ketika seorang Muslim terbebas dari penghambaan kepada selain Allah  dan  tunduk serta patuh kepada aturan dan hukum Allah, di sanalah muncul kemerdekaan sejati dan hakiki.

Kemerdekaan inilah tujuan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Juga tujuan dakwah para sahabat  dan kaum mukminin yang mengikuti jalan beliau.

Ketika peristiwa pertempuran Qadisiyah terjadi, Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu memerintahkan Rib’iy bin Amir  untuk menghadap Rustum, panglima perang Persia. Rustum bertanya kepada Rib’iy tentang tujuan kedatangan pasukan Islam ke wilayahnya. Dengan lantang Rib’iy menjawab dengan
kalimat yang dicatat dengan tinta emas oleh sejarah.

Beliau berkata, sebagaimana dinukil dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah,

" اللَّهُ ابْتَعَثْنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ اللَّهِ، وَمِنْ ضِيقِ الدُّنْيَا إِلَى سِعَتِهَا، وَمِنْ جَوْرِ الْأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ الْإِسْلَامِ "

“Allah kirim kami untuk memerdekakan siapapun yang dikehendaki-Nya dari  penghambaan terhadap sesama manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah. Untuk memerdekakan mereka dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas. Serta memerdekakan mereka dari kesewenang-wenangan agama lain menuju keadilan Islam”.

Jamaah Jum’at yang diberkahi Allah…

Lihatlah bagaimana seorang sahabat yang mulia Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang memahami makna kemerdekaan hakiki. Ketika itu beliau menjadi hamba sahaya Abu Jahal. Walaupun jasadnya disiksa dengan siksaan yang amat pedih, beliau  tetap mempertahankan keimanannya. Sebab beliau memiliki jiwa yang merdeka. Jiwa yang bertauhid dan tunduk hanya kepada Allah. Dengan itulah beliau menjadi hamba yang merdeka yang seutuhnya.

Nabi Muhammad  dan risalah yang beliau emban, membawa manusia kepada kemerdekaan yang paling hakiki. Kemerdekaan dari kegelapan menuju kepada hidayah Allah. Dari kebodohan menuju kepada ilmu pengetahuan. Dari kezaliman menuju kepada keadilan.

Kemerdekaan yang menjadi gerbang besar menuju kemenangan di dunia dan akhirat. Sebuah gerakan kemerdekaan yang dalam waktu singkat mengilhami seluruh penjuru bumi. Bahkan menginspirasi Eropa untuk beranjak dari masa kegelapan kepada masa kemajuan. Dengan kekuatan ini pula dua imperium besar, Persia dan Romawi, ditundukkan di awal sejarah Islam.

Kemerdekaan tersebut adalah tauhid.
Sehingga, bilamana tauhid itu dicampakkan, keterpurukan dan kehinaanlah yang akan dialami oleh umat dan bangsa.

أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

KHUTBAH KEDUA:
الْحَمْدُ للهِ "غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّ
ا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ"، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ لاَ نِدَّ لَهُ سُبْحَانَهُ وَلاَ شَبِيْهَ وَلاَ مَثِيْلَ وَلاَ نَظِيْرَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيْرُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَكُلِّ تَابِعٍ مُسْتَنِيْرٍ.

Sidang Jum’at yang kami hormati…
Satu contoh nyata yang Allah  kisahkan di dalam al-Qur’an dan harus kita jadikan pelajaran, yaitu kisah Nabi Musa  dengan Bani Israil. Yaitu ketika Nabi Musa  sukses memerdekakan kaumnya Bani Israil dari penjajahan dan penyembahan kepada Fir’aun yang mengaku Tuhan. Bani Israil akhirnya menghirup udara kemerdekaan hakiki, setelah sekian lama menjalani kerja paksa, diperlakukan diskriminatif dan dipaksa menyembah Fir’aun.

Dalam al-Qur’an, kisah Nabi Musa ‘alaihissalam dengan Bani Israil ini diabadikan, sebagaimana dalam firman Allah ta’ala,

"وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَآتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ (20) يَاقَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (21)"

Artinya: “(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah kepada kalian. Ketika Dia mengangkat para nabi dari kalian dan menjadikan kalian sebagai orang-orang merdeka. Dia juga memberikan kepada kalian apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun dari umat-umat yang lain”. Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah untuk kalian. Janganlah kalian berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kalian menjadi orang-orang yang merugi”. QS. Al-Maidah [5]: 20-21.

Sayangnya, kemerdekaan yang Bani Israil rasakan, tak mau mereka syukuri. Pembangkangan demi pembangkangan mereka lakukan terhadap Nabi Musa ‘alaihissalam. Ajaran terhadap tauhid, mereka khianati dengan menyembah patung anak sapi. Khianat adalah sikap yang kemudian membuat kemerdekaan yang mereka dapatkan menjadi sia-sia belaka.
Mereka mengganti kemerdekaan yang hakiki  dengan kesesatan dan keterpurukan lantaran kesombongan dan pembangkangan mereka. Karena itulah mereka dilaknat dan dimurkai Allah  di dunia dan akhirat.

Inilah akibat yang menimpa, jika tidak mentauhidkan Allah.
Pertanyaannya, sudahkah kita berusaha meraih kemerdekaan hakiki yang dicari? Jika jawabannya belum, maka usaha apakah yang sudah kita lakukan untuk meraihnya?
Jika jawabannya sudah, syukuri dan jagalah nikmat terbesar ini. Lalu ajaklah manusia untuk meraih kemerdekaan hakiki ini.

هذا؛ وصلوا وسلموا –رحمكم الله– على الصادق الأمين؛ كما أمركم بذلك مولاكم رب العالمين، فقال سبحانه: "إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً".
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
اللهم نج إخواننا المؤمنين المستضعفين في بورما، وسوريا، وفلسطين، وفي كل مكان
اللهم اشدد وطأتك على كفار بورما الظالمين، وعلى جيوش بشار المجرمين ومن حالفهم من الروس والصين وإيران واليهود الظالمين، يا عزيز يا جبار
اللهم اجعلها عليهم سنين كسني يوسف
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة...

✍ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 5 Dzulqa’dah  1439 H / 17 Agustus 2018

Khutbah Jum'at di Masjid Manarul Ilmi Purbalingga, 5 Dzulqa’dah  1439 H / 17 Agustus 2018

KRAN KEBAIKAN



Bagaimanakah sih kriteria muslim ideal?
Hr bukhari muslim
dari Abdullah bin umar ra., Rosulullah  bersabda:


الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Rosul bersabda “muslim yang ideal adalah yang orang lain selamat dari gangguan tangan dan lisannya”

Gangguan itu bisa bermacam-macam bentuknya, bisa berupa dengan lisan, tangan atau dari bau badan. Gangguan lisan misalnya kita berkata-kata menyakitkan orang lain, berkata bohong, fitnah.  Gangguan tangan contohnya menyakiti orang dengan tangannya, mencuri barang milik orang lain. Gangguan bau badan, misalnya mandinya tidak bersih, atau berkeringat sehingga orang lain saat duduk bersama kita menjadi terganggu.
Gangguan-ganguan tersebut tak cuma mengganggu manusia, tapi juga mengganggu malaikat.

nabi bersabda :
مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثُّومَ وَالْكُرَّاثَ فَلَا يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بَنُو آدَمَ

Barang siapa yang memakan bawang merah, bawang putih (mentah) dan karats, maka janganlah dia menghampiri masjid kami, karena para malaikat terganggu dengan hal yang mengganggu manusia (yaitu: bau tidak sedap)“. (HR. Muslim no. 564)

Jadi apapun yang mengganggu manusia, itu juga mengganggu malaikat, termasuk juga bau asap rokok. Jadi mari kita coba untuk meningkatkan ketaqwaan kita.
Seperti yang kita ketahui bahwa tingkatan ketakwaan ada 3 :
Pertama :Islam pelakunya muslim,
Kedua : Iman pelakunya mu’min
Ketiga : Ikhsan pelakunya muksin, .
Sampai dimanakah tingkat kita saat ini? Menjadi seorang muslim saja nampaknya kita masih jauh dari kekurangan. Tapi setidaknya marilah kita mencoba untuk belajar menjadi seorang muslim yang baik, yang selalu menjadi KRAN KEBAIKAN bagi muslim yang lain.

Anas bin Malik berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ

Sesungguhnya diantara manusia ada yang menjadi kunci kebaikan dan penutup pintu kejelekan, Namun ada juga yang menjadi kunci kejelekan dan penutup pintu kebaikan. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang Allah jadikan sebagai kunci kebaikan melalui kedua tangannya. Dan celakalah bagi orang-orang yang Allah jadikan sebagai kunci kejelekan melalui kedua tangannya”. (HR Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah)

Jadi potret muslim yang ideal adalah dia dimana saja selalu membuka pintu kebaikan, dan menutup pintu keburukan. Di rumah, di tempat kerja, di supermarket, dia selalu menjadi pembuka pintu kebaikan. Orang yang seperti ini akan membuat orang itu merasa tenang jika duduk disampingnya.
Sekarang marilah kita bahas 5 langkah menjadi KRAN KEBAIKAN.

1.       Berbekal niat yang benar dan tekad yang bulat
Niat yang bulat itu sangat penting, karena menjadi kran kebaikan itu sangat berat. Dan belum tentu kita akan kuat. Jadi perlu diniati yang benar, yaitu memohon ridho Allah. Jika niat kita tidak bulat dan kuat, maka kita akan sangat mudah untuk menyerah dari godaan syetan. Karena setan sudah bersumpah untuk mengganggu manusia dari segala arah, tapi Allah memberi jaminan
Surat al hijr ayat 42
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ

Artinya : Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat

Hambaku disini kata para ulama adalah orang2 yang senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.
TEKAD yang bulat. Tanpa tekat yang bulat, maka mendapatkan sedikit ujian dia akan mundur. Tapi jika tekadnya bulat, maka dia akan maju terus walaupun ujian berat menghadang.

2.       Bermodal ilmu
Tanpa ilmu yang benar, kita tak mungkin bisa mengetahui hal yang benar atau yang salah. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu yang dilandasi atas dasar al quran dan hadis2 yang sahih. Jangan sampai kita maksudnya membuka kebaikan tapi malah menutupnya karena salahnya ilmu yang dimiliki
Surat al kahfi 103-104
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" (QS. Al Kahfi : 103)
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.(QS. Al kahfi : 104)

3.       Mengamalkan kebaikan yang sudah diketahui
Untuk menjadi kran, maka diri kita harus baik dulu. Harus mengamalkan ilmu2 yang dimiliki. Sehingga kita bisa menjadi kran kebaikan dengan benar.
Ketika nabi datang ke Madinah, orang pada berbondong2 menyambut. Diantaranya ada orang yahudi bernama ABDULLAH BIN SALAM. Abdullah berkata “sy ikut menyambut nabi di madinah”. Begitu melihat muka nabi, dia berkata “saya yakin bahwa dia bukanlah seorang pendusta”. Dan yang pertama diucapkan nabi “wahai para manusia tebarkanlah salam, berilah makan sama orang lain, sholat malamlah ketika orang2 pada tidur, kalian akan masuk surga penuh kedamaian”.
Mendengar kata2 pertama yang diucapkan, abdullah bin salam semakin mantap.
Itulah efek dari amalan yang di praktekkan. Akan nampak di dalam perilakunya. Jangan sampai kita JARKONI.

Dari Usamah bin Zaid, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِى النَّارِ ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِى النَّارِ ، فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ ، فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ ، فَيَقُولُونَ أَىْ فُلاَنُ ، مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
Ada seseorang yang didatangkan pada hari kiamat lantas ia dilemparkan dalam neraka. Usus-ususnya pun terburai di dalam neraka. Lalu dia berputar-putar seperti keledai memutari penggilingannya. Lantas penghuni neraka berkumpul di sekitarnya lalu mereka bertanya, “Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dahulu yang memerintahkan kami kepada yang kebaikan dan yang melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Memang betul, aku dulu memerintahkan kalian kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya. Dan aku dulu melarang kalian dari kemungkaran tapi aku sendiri yang mengerjakannya.” (HR. Bukhari no. 3267 dan Muslim no. 2989)

4.       Menularkan kebaikan
Saat kita sudah punya ilmu, kita harus berusaha mengajarkan kebaikan ini kepada orang lain.
عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ خَادِمِ رَسُوْل الله عَنْ النَّبِي قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, khadim (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya (HR. BUKHARI)
Dan yang pertama berhak untuk di dakwahi adalah keluarga sendiri.
Allah berfirman dalam surat asy syu’ara : 214
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat

Surat at tahrim :6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan

5.       Memanfaatkan potensi masing2
Dalam berdakwah kita memanfaatkan dengan keahlian kita masing2, walau mungkin kita bukan seorang ustad. Jika kita sebagai seorang pejabat, maka lakukan kebijaksanaan2 yang mendukung pendidikan dakwah. Begitu juga dokter, pengusaha dll. Jika kita masing2
Kisah dai dari kuwait.
Suatu saat dia berdakwah di pedalaman afrika. Alham dulillah mereka pada masuk islam, tapi kemudian mereka menangis “kenapa baru datang sekarang? Sedangkan orang tua kami yang meninggal belum pada mengenal islam?” maka sejak itu dia meninggalkan dunia kedokterannya dan mendedikasikan hidup dan hartanya untuk berdakwah. Selama 26 tahun lamanya, dia mengislamkan 11 juta orang.


Video Youtube :  https://www.youtube.com/watch?v=mcXiVFjULkA

Sumber :
dicatat dari kajian Ustadz Abdullah Zaen, MA "KRAN KEBAIKAN"

Rabu, 29 Agustus 2018

Wudhu -(2) Membaca Bismillah




Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ

“Tidak ada sholat bagi orang yang tidak berwudhu. Dan tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah ta’ala atasnya.” (HR. Abu Dawud, disahihkan al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abu Dawud [1/179] as-Syamilah)

Dan juga berdasarkan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau menceritakan bahwa sebagian sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari air untuk berwudhu. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Apakah kalian memiliki air?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkan tangannya ke dalam air dan bersabda,”Berwudhulah kalian dengan (mengucapkan) bismillah …
HR. Bukhari no. 69; Muslim no. 2279 dan An-Nasa’i 1/60.(sahih oleh ibn hibban).

Hukum mengucapkan basmallah
1.       menurut sebagian besar ulama adalah sunnah, sebab walau diperintahkan oleh nabi tapi tidak disebutkan oleh Allah dalam perintah untuk wudhu  spt surat al maidah ayat 6.  Imam ibn khudamah, maksud hadis tersebut diatas adalah untuk menekankan disunahkannya berwudhu.
2.       Wajib,
Hr abu dawud sahih oleh syeh al albani
Rosulullah bersabda “ tak ada wudhu bagi orang yg tak membaca  bismillah”

Menurut mereka, ini masuk dalam sunnah muakad (sunnah yang ditekankan). Dan ini diucapkan sebelum berwudhu, ucapkan basmalah dulu.
Sekarang bagaimana jika kita berwudhu dalam kamar mandi atau toilet?
Maka perlu diperhaikan, jangan sampai ada najis2 yg bisa mencipret ke baju kita. Bagaimana dengan membaca basmalah?
Ada berbagai pendapat, cukup dibaca dlm hati sj. Atau mengucapkan bismillah sebelum masuk kamar mandi.
Kata syeh bin baz, bisa diucapkan kata bismillah
Apakah ada bacaan doa di setiap anggota wudhu?
Menurut imam al jauziah, hadis2 yang menyebutkan itu adalah bathil atau palsu. Sehingga tidak perlu kita ikuti dan memang itu tidak dicontohkan oleh rosulullah.

Praktek wudhu :
https://youtu.be/rRo3680_eqk 

sumber : dicatat dari kajian Tata Cara Sholat nabi oleh Ustadz Abdullah Zaen, MA